IQNA

Ekonomi Kapitalisme Terbentuk Berdasarkan Pengingkaran Terhadap Tuhan

11:29 - May 14, 2012
Berita ID: 2325397
Tim ekonomi: Setelah maraknya faham Deisme di Barat, sedikit demi sedikit pemikiran mereka melenceng lebih jauh lagi hingga akhirnya sampai pada peniadaan Tuhan. Dalam ruang lingkup falsafah inilah Adam Smith, bapak ekonomi kapitalisme, muncul dengan pemikiran-pemikirannya.
Menurut kabar yang diberitakan IQNA, telah diselenggarakan seminar ekonomi dengan tema "Sistim Ekonomi Menurut Al-Qur'an" yang dihadiri oleh tokoh-tokoh penting Iran pada hari senin 7 Mei minggu lalu.
Dalam seminar tersebut, Hujjatul Islam Mirmuizzi menyampaikan pidatonya dengan membawakan pendahuluan-pendahuluan penting di permulaannya. Ia menyatakan: "Dalam pembahasan sebelumnya telah dijelaskan bahwa sisitim ekonomi Islami adalah kumpulan model ideal dalam tiga hal: produksi, distribusi dan konsumsi, yang mana ketiganya sangat berkaitan satu sama lain."
Ia menambahkan: "Model-model ideal tersebut dijalankan oleh pemerintah dan masyarakat dengan tujuan agung berupa pertumbuhan, keadilan, keamanan, dan perkembangan. Model-model tersebut bertumpu pada dua prinsip falsafah dan madzhab, yang terwujud dalam koridor hak-hak (fikih Islami)."
Dosen dan juga guru besar Hauzah Ilmiah itu juga menyatakan: "Pada hakikatnya, perilaku dan hubungan antar individu dalam dunia ekonomi yang ideal, jika bertumpu pada prinsip falsafah dan madzhab, dan juga berkembang dalam etika dan fikih Islami dalam tujuan konstruktif, maka hal itu dapat disebut dengan ekonomi Islami. Untuk mengkaji sistim ekonomi Islami, langkah pertama adalah mengkaji prinsip-prinsip falsafi dan perbedaan prinsip tersebut dengan sistem ekonomi lainnya, misalnya kapitalisme."
Ia melanjutkan penjelasannya dengan berkata: "Oleh karena itu, yang dimaksud dengan ekonomi Islam adalah model-model ideal prilaku yang bertumpu pada prinsip-prinsip Islami, dan maksud dari sistem ekonoi kapitalisme adalah model-model ideal prilaku yang bertumpu pada pemikiran kapitalisme; jadi jika kita ingin mencari perbedaan mendasar dua sistem ini, yakni Islam dan kapitalisme, pertama-tama kita harus mencari akar permasalahannya, dan mengkaji perbedaan antara prinsip falsafi dan pemikiran keduanya."
Hujjatul Islam wal Muslimin Mirmuizzi dalam penjelasannya tentang prinsip ekonomi dari sudut pandang Qur'an mengatakan: "Prinsip-prinsip falsafi biasanya terbagi menjadi dua kelompok: pandangan dunia dan epistemologi. Pandangan dunia mencakup empat permasalahan utama seperti pengenalan Tuhan dan penjelasan tentang hubungan Tuhan dengan dunia manusia, dan lain sebagainya."
Dalam menjelaskan maksud pandagan dunia ia mengatakan: "Syahid Muthahari dalam menjelaskan pandangan dunia mengatakan: Adalah cara berfikir suatu ajaran tentang bagaimana dunia ini, yang merupakan pondasi pemikiran suatu ajaran. Pondasi pemikiran inilah yang disebut pandangan dunia. Oleh karena itu, pandangan dunia pada dasarnya adalah cara suatu ajaran memandang alam semesta, Tuhan, dunia, manusia dan fenomena-fenomena sosial."
Ia melanjutkan: "Poros kedua adalah epistemologi; pembahasan yang merupakan cabang filsafat ini membahas tentang esensi dan batasan pengetahuan, hipotesis, dan dasar-dasar pengetahuan. Epistemologi adalah kajian terhadap apa itu pengetahuan, tolak ukur benar tidaknya suatu pengetahuan, dan seterusnya."
Penulis buku "Sistem Ekonomi Islam" menjelaskan bahwa epistemologi adalah pondasi suatu ilmu. Ia juga menjelaskan: "Jika kita dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan epistemologis dengan menggunakan Al-Qur'an, maka artinya kita dapat menemukan landasan-landasan epistemologis untuk sistem ekonomi kita."
Prinsip falsafi ekonomi kapitalisme Barat
Ia menjelaskan bahwa sistem pemerintahan Islami bertumpu pada pengenalan Tuhan. Lalu ia menjelaskan: "Pada abad pertengahan, Barat memiliki pemahaman yang benar tentang Tuhan. Mereka memahami bahwa Tuhan adalah kebaikan yang paling tinggi, sebab segala sebab, pengatur alam semesta, dan seterusnya..."
Lalu ia menambahkan: "Ada beberapa faktor yang membuat masyarakat Barat sedikit demi sedikit menjauh dari akidah tersebut, yang mana saat itu merupakan akidah Kristiani. Di antara faktor-faktor tersebut adalah fakta ilmiah yang ditentang gereja, yang membawa kesan bahwa agama jauh dari akal dan eksperimen."
Ia meneruskan penjelasannya: "Lambat laun mereka semakin jauh dari agama, dan berujung pada Deisme. Yang mana inti keyakinan itu adalah bahwa Tuhan memang menciptakan alam semesta ini, namun tidak melakukan apa-apa dalam berjalannya alam semesta dan keabadiannya."
Hujjatul Islam wal Muslimin Mirmuizzi menambahkan: "Dalam faham Deisme Tuhan juga diibaratkan seperti arsitek yang telah pensiun. Yakni orang yang membangun rumah dan seluruh isinya, lalu duduk di pojok rumah dan menyaksikan kemewahannya begitu saja."
Ia melanjutkan: "Namun lambat laun pemikiran mereka lebih jauh melenceng dari sebelumnya, sampai pada batas mereka sama sekali mengingkari keberadaan Tuhan."
Akhirnya ia menjelaskan: "Adam Smith adalah pendukung pemikiran David Hume yang meyakini bahwa segala sesuatu hanya dapat dibuktikan dengan cara pengindraan dan eksperimen. Oleh karena itu ia adalah seorang ateis. Pemikiran-pemikiran ekonominya tumbuh dari landasan ini. Meskipun tak syak bahwa kapitalisme juga tumbuh mirip dengan ekonomi sosialis yang berfaham bahwa Tuhan tidak punya andil dalam sistem ekonomi manusia."
1005537
captcha